Logo: Empowering the differently able persons
Jump to Content

Photo Miss. Kurnaiti
Indonesian translation by Miss. Kurniati.

Index Page

INDEX

Select a different Langauge

Page # 1

PREFACE

Pada November 2007, saya menerima undangan dari organizer "International Conference on Accessible Tourism", Koferensi Internasional tentang Aksesibilitas dalam Pariwisata, untuk berbagi pengalaman mengingat saya adalah seorang tunarungu yang juga menggeluti bidang pariwisata. Konferensi ini juga dihadiri oleh pejabat tinggi Thailand, seperti : Menteri Olahraga dan Pariwisata, Menteri Pembangunan Sosial dan Keamanan Masyarakat, Administrasi Metropolitan Bangkok, UN ESCAP, dan DPI-AP, yang bertempat di United Nation Convention Center, Pusat Pertempuan PBB di Bangkok, Thailand.

Dalam konferensi tersebut, saya mempresentasikan makalah tentang Pariwisata yang Akses dari sebuah pandangan tuna rungu dan kaum kesulitan mendengar. Buku kecil ini adalah sebuah pengembangan dari makalah saya tersebut.

Di dalam gerakan penyandang cacat, kebutuhan tuna rungu seringkali diabaikan. Dan sangat disayangkan, bahwa kaum yang mengalami kesulitan mendengar hampir tak terjamah dalam gerakan ini. Saya berharap buku kecil ini akan membangkitkan kepedulian tentang kebutuhan kaum tuna rungu dan kaum yang mengalami kesulitan mendengar. Tidak hanya dalam masyarakat umum dan industri periwisata, namun juga dalam gerakan penyandang cacat sendiri.

back to top

Page # 2

Tentang Penulis

 Photo of Author Muhammad Akram adalah tuna rungu dari Pakistan. Dia telah menggeluti bidang Teknologi Informasi sejak 1992. Di tahun 2000, dia mulai terjun dan mendukung aktivitas kecacatan. Sebagai seorang penyandang tuna rungu, dia sangat menyadari masalah-masalah dan hambatan-hambaran yang dihadapi kaum tuna rungu.

Saya telah bekerja bersama tuna rungu dan kaum penyandang cacat lainnya selama 7 tahun. Saya juga sering melakukan perjalanan dan telah mengunjungi 9 negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Akram telah mengikuti berbagai seminar dan konferensi baik yang berskala nasional maupun internasional. Dia juga secara sukarela membantu banyak organisasi penyandang cacat baik organisasi lokal maupun internasional.

Di tahun 2004, dia pergi sebagai volunteer ke Indonesia. Di tahun 2005, dia dipilih oleh Asia-Pacific Development Center on Disability (APCD), Pusat Pembangunan Penyandang Cacat Asia Pacific, untuk mengikuti kursus singkat "Accessible Web and Web Base Networking" di Bangkok, Thailand. Di tahun 2006, dia terpilih untuk mengikuti kursus penyegar dan juga berkesempatan untuk memberikan presentasi dalam seminar UN ESCAP. Dan pada tahun 2007, dia kembali terpilih untuk mengikuti sesi pembelajaran kepemimpinan yang diselenggarakan oleh the International Federation of Hard of Hearing Youths, Federasi Internasional untuk Remaja penyandang Kesulitan Mendengar, berkolaborasi dengan Dewan Eropa. Saat ini, Akram tengah mempromosikan aksesibilitas informasi untuk kaum penyandang cacat di Pakistan dan dia juga telah menulis buku yang mengangkat topik tersebut.

Di tahun 2006, dia membentuk sendiri organisasi yang diberi nama "Danishkadah" dan sekarang tengah bekerja untuk menciptakan sebuah "Knowledge Park", "Taman Pengetahuan", di mana teknologi informasi akan digunakan untuk memberdayakan kaum penyandang cacat dan ketunarunguan.

Organisasi-organisasi dimana dia pernah terlibat :

Ketua pendiri - Danishkadah - (Pakistan)

Pendiri - Sindh Disability Forum / Forum Kecacatan Sindh - (Pakistan)

Asisten Direktur - Deaf Friends International /Persahabatan Internasional Tunarungu - (USA)

Penasehat / Koordinator Proyek Khusus - Persatuan Tuna rungu Pakistan

Volunteer - Matahariku - (Yogyakarta, Indonesia)

Volunteer - Pendamping Tour Tuna rungu Philippines (Philippines)

Volunteer - Heaven Care Resource Center Inc. (Philippines)

Juga melayani DPI Pakistan sebagai Sekretaris Informasi untuk 1 tahun

back to top

Page # 3

1. Hambatan di kedutaan / konsulat

Dalam berwisata, khususnya ke luar negeri, mengharuskan kunjungan ke kedutaan untuk mengurus visa atau informasi-informasi lainnya. Karena itu, aksesibilitas dalam urusan kedutaan dan konsulat juga sangat penting.

1.1 Jendela yang gelap (Dark Window)

Di Pakistan, saya menghadapi hambatan komunikasi di setidaknya 2 kedutaan karena mereka memiliki jendela dengan kaca yang gelap di bagian resepsionis. Akibatnya, saya tidak dapat melihat orang di balik jendela, apalagi untuk membaca gerak bibir dan bahasa tubuhnya. Ini menjadi masalah besar bagi tuna rungu dan kaum yang mengalami kesulitan mendengar.

Apa yang dapat kita lakukan ?

Kami mengerti tentang isu keamanan. Petugas kedutaan biasanya baik dan kooperatif. Bagaimanapun, masalahnya adalah pada tingkat staf umum. Karena itu, orientasi pada staf sangat dianjurkan.

1.2 Bayar lebih jika kamu tuna rungu !

Masalah kedua disebabkan karena banyaknya kedutaan yang hanya berada di ibukota saja. Maka, jika seorang tuna rungu mengunjungi ibukota untuk mengurusi kebutuhan akan visa, mereka juga perlu membawa penerjemah sendiri. Ini menyebabkan beban tambahan bagi kaum tuna rungu, karena mereka tidak hanya perlu membeli tiket pesawat atau kereta untuk penerjemahnya tapi juga harus membayar kebutuhan makan dan akomodasi buat mereka.

Apa yang dapat kita lakukan ?

Tentu saja, pemerintah harus menawarkan penerjemah yang akan melayani secara cuma-cuma untuk tuna rungu atau kedutaan memanggil penerjemah dan membayarnya sendiri. Persatuan Tuna rungu Nasional juga seharusnya mencoba untuk membuat pelayanan penerjemahan.

back to top

Page # 4

image or airplane

2. Hambatan saat terbang

2.1 Safety Instruction

Instruksi mengenai tindakan penyelamatan pertama. Maskapai penerbangan, umumnya memberikan instruksi penyelematan terbang pada sebuah tampilan di layar. Banyak dari kami, kaum tuna rungu tidak menganggap penting tentang hal itu, tapi sangat mungkin mereka terjebak dalam situasi darurat tersebut.

Meskipun secara visual dan tertulis instruksi penyelamatan terbang sudah tersedia, saya meragukan bahwa banyak tuna rungu memahami instruksi tersebut, karena bahasa kami adalah bahasa isyarat dan bukan bahasa terucap. Karena itu sangat penting untuk memberikan instruksinya dalam bahasa isyarat.

Apa yang dapat kita lakukan ?

Video tentang instruksi penyelamatan terbang harus diberikan dalam bahasa isyarat. Saya sangat senang bahwa ada beberapa maskapai penerbangan (seperti penerbangan ???) yang menyediakan instruksi penyelamatan tersebut dengan bahasa isyarat (dalam bentuk video). Tapi umumnya, maskapai penerbangan tidak menyediakannya.

Saya secara pribadi, percaya bahwa "IATA" dapat mengembangkan instruksi-instruksi dalam International Sign Language dengan melakukan konsultasi dengan World Federation of the Deaf, Federasi Tuna rungu Dunia. IATA dan pemerintah seharusnya juga membuat kebijakan/UU yang mengatur isu ini untuk keselataman komunitas tuna rungu.

2.2 Hiburan dalam Penerbangan

Di saat mempersiapkan presentasi, saya berbicara dengan Karina (Presiden IFHOHYP) dan Christi Menheere, mereka adalah penyandang kesulitan mendengar dari Holand. Para penyandang kesulitan mendengar sangat tergantung pada sisa-sisa pendengarannya dan menggunakan alat bantu dengan atau implants cochlea1. Mereka butuh "untuk mendengar suara yang jelas tanpa kebisingan untuk memahami secara jelas. Christi berkomentar, "Untuk perjalanan panjang di dalam pesawat, ada TV kecil di depan tempat duduk dengan fasilitas headphone. Tapi ini tidak bekerja dengan sistem loop. Maskapai penerbangan dapat membuat kaum HOH lebih nyaman dengan menggunakan sub-judul dalam videonya dan sistem loop."

Apa yang dapat kita lakukan ?

Pemberian tulisan pada film sangat penting. Ini adalah tanggung jawab produser film. Maskapai penerbangan dapat meminta pemberian tulisan untuk penumpang yang menyandang tuna rungu atau kaum yang mengalami kesulitan mendengar.

Saya berbicara dengan Mr. Neil Bauman, Ph.D dari Pusat Bantuan untuk Hilang Pendengaran. Tentang sistem loop pada penerbangan, beliau mengatakan bahwa, "Solusi mudah dari masalah ini adalah sebuah loop -leher. Colokan loop -leher ke dalam lubang earphone, kemudian putar t-coils pada alat bantu dengar anda dan dengarkan." Menurut penjelasannya, tidak banyak penyandang kesulitan mendengar yang tahu tentang alat bantu ini, yang dapat membantu mereka mendengar lebih baik. Dan seharusnya, kita tidak selalu menunggu orang lain untuk membuat hal ini akses untuk kita. Terkadang orang perlu melakukan sesuatu untuk melengkapi kebutuhannya, dan mendapatkan sebuah loop-leher atau links musik tidak terlalu mahal juga koq.

Hal ini mengingatkan saya bahwa kita tidak seharusnya selalu mengeluh. Kita juga perlu menemukan jalan keluar yang bisa diambil. Organisasi Penyandang Cacat dan lembaga lainnya perlu memberikan pembekalan bagi penyandang cacat tentang assistive devices / alat bantu dan solusi yang dapat dilakukan.

back to top

Page # 5

3. Hambatan dalam transportasi darat

3.1. Pengalaman negatif di stasiun kereta api

Sejak saya aktif bersama penyandang cacat, saya sering bepergian dengan kereta. Ini membuat saya frustasi karena tidak ada sistem informasi/display visual di stasiun. Terkhir, saya harus mengunjungi persatuan tuna rungu, kereta balik datang terlambat. Saya tidak dapat menunggu dan bersantai di ruang tunggu, karena saya takut jika itu dilakukan, maka saya akan ketinggalan kereta yang diakibatkan saya tidak dapat mendengar pengumuman kapan kereta akan tiba. Alhasil, saya lebih baik duduk di peron selama 3 jam untuk menunggu kedatangan kereta dibandingkan duduk di ruang tunggu yang lebih nyaman.

3.2 Pengalaman negatif bepergian keluar negeri (dengan bus)

photo of a bus Saya bepergian keluar negeri dengan berhemat, maka itu saya memutuskan untuk menggunakan bus. Untuk itu saya harus tahu di mana saya, ke mana saya harus pergi, dan berapa nomor bus yang harus saya naiki.

Masalah pertama yang saya hadapi adalah ketika saya naik bis dan tidak tahu harus bayar berapa. Saya mencoba memperlihatkan sebuah peta kepada supir busnya dan menjelaskan bahwa saya adalah seorang tuna rungu. Saya bertanya kepadanya, berapa ongkosnya. Tapi supir bus tersebut sangat tidak sabaran dan tidak membantu saya. Ini membuat saya sedih atas kondisi saya sebagai seorang tuna rungu. Seorang penumpang yang ada di sebelah saya menyadari situasi tersebut dan mengambil beberapa uang recehan dari genggaman saya dan menaruhnya di mesin tiket.

Saya mengambil duduk, tapi masalah lainnya menunggu. Mengingat ini adalah kali pertama di kota itu, saya tidak tahu di mana saya akan berhenti. Setiap kali bus berhenti, saya bertanya, "Di mana saya ? Apakah ini tempat di mana saya harus berhenti ?" Masalah ini membuat saya benar-benar tidak nyaman.

3.3 Pengalaman positif

photo showing visual signals system in hongkong trains

Setelah mendapat pengalaman negatif tadi, saya menghindari bepergian dengan bus dan kereta seorang diri. Tapi, tahun lalu (2006), ketika di Hongkong, saya banyak bepergian dan sama sekali tidak menghadapi masalah. Mereka memiliki sistem petunjuk yang sangat jelas di kereta api yang menunjukkan di mana kita bepergian, ke mana kita akan pergi, dan stasiun mana yang akan kita lewati selanjutnya. Juga sistem petunjuk visual yang tersedia, sangat membantu. Dan saya menyarankan bahwa seluruh bus dan kereta harus memiliki sistem seperti itu.

back to top

Page # 6

4. Hambatan dalam Penginapan

Photo of Miss Miles Mutia in laxury lodging in Philippines

4.1 Safety & Accessiblity

Hotel dan guest house menjadi perhatian terbesar bagi isu Pariwisata yang Akses. "Apakah kami aman di kamar hotel ?". Sebagai seorang tuna rungu, sangat sering pertanyaan ini muncul di kepala, khususnya setelah Tsunami dan gempa bumi. Jujur saja, dalam banyak situasi darurat, penyandang tuna rungu tidak aman di kamar hotel. Di sana tidak ada sistem tanda bahaya yang dapat diakses. Dan tampaknya hal ini belum menjadi bahan pertimbangan terhadap masalah yang sangat membahayakan ini.

Masalah lain adalah tidak adanya bel visual di kamar hotel. Ini seolah menciptakan dinding pembatas bagi kaum tuna rungu. Seperti pengalaman saya di Malaysia, tahun 2004. Saat itu, seseorang harus menjemput saya untuk sebuah tour kota. Dan ketika tiba, dia langsung mengetuk pintu. Tapi tentu saja, sebagai tuna rungu saya tidak bisa mendengar ketukan pintu tersebut atau bel sekalipun. Akhirnya dia memanggil security untuk membantunya bertemu saya dan keluar dari kamar hotel (smile).

Apa yang dapat kita lakukan ?

Solusinya sangat simpel, mudah, dan tidak mahal. Ada bel visual dan penggetar yang mudah diperoleh di pasar. Meskipun sistem kabel dapat dibangun dengan mudah dan diimplementasikan di kamar yang digunakan oleh tamu yang menyandang tuna rungu. Tetap perlu adanya pertimbangan serius dari industri hotel dan pemerintah (untuk kebijakan dan UU).

4.2 Hambatan komunikasi dalam penginapan

Selalu ada pelayanan telepon intern di hotel, yang memungkinkan anda menghubungi resepsionis dan kamar hotel lainnya. Tapi untuk tuna rungu, fasilitas ini tidak digunakan, mereka harus mendatangi secara langsung meja resepsionis jika memerlukan sesuatu. Begitupun jika mereka butuh menghubungi teman di kamar lain, mereka harus mendatanginya langsung.

Apa yang dapat kita lakukan ?

Sekarang ini, telepon dengan pesan tertulis mudah diperoleh di pasar. telepon kabel dengan pelayanan pesan tertulis dapat diperoleh di negara saya hanya dengan biaya $32, dan ini memberikan secara gratis pesan tertulis. Hotel harus mempertimbangkan untuk memiliki beberapa set telepon seperti ini untuk tamu-tamunya yang menyandang tuna rungu.

back to top

Page # 7

5. Apakah ini "HALAL" ?

Isu yang terakhir ini sebetulnya tidak berhubungan langsung dengan kecacatan, tetapi ini juga menjadi catatan penting dalam dunia pariwisata. Ada makanan yang disukai dan tidak disukai, atau pantangan/aturan makanan tertentu, seperti halnya "Hahal", "Kosher", atau "Vegetarian".

Sebagai seorang Muslim, saya harus meyakinkan bahwa apa yang saya makan adalah "Halal". Ketika saya bepergian ke luar negeri, ini menjadi masalah penting bagi saya. Contohnya, suatu makanan mungkin halal, tapi jika saya tidak dapat mengenali bahan-bahannya, saya tidak dapat memakannya. Mungkin masalahnya mirip dengan yang dihadapi oleh orang yang mempunyai pantangan akan makanan tertentu.

Apa yang dapat kita lakukan ?

Banyak makanan mencantumkan label halal. Meskipun begitu, kita harus melihat kembali bahan-bahan makanan yang terkandung sebelum memakannya. Jika sebuah makanan berlabel halal, setidaknya ini membuat kita tenang. Kita hanya perlu melihat tandanya daripada membuat penelitian tentang apa bahan-bahan yang terkandung di dalam produk tersebut. Ini juga merupakan keuntungan bagi industri makanan yang dapat meningkatkan penjualan mereka dengan label halal yang tertera di kemasannya.

back to top

Page # 8

Sebuah saran - Portal Pariwisata yang Akses

Ketika saya bepergian ke Indonesia, saya tidak tahu bahwa ada fasilitas khusus untuk penyandang cacat di bandara, jadi saya tidak menggunakannya. Hal ini mungkin juga ada di beberapa negara lainnya bahwa ada akomodasi khusus untuk penyandang cacat, tapi turis mungkin saja tidak menyadarinya. Untuk alasan ini, saya menyarankan adanya sebuah "Portal Pariwisata yang Akses" . Meskipun sudah ada beberapa website, kita akan lebih memfokuskannya pada negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

Jika ada yang berminat di antara anda untuk menjalankan saran ini, Danishkadah menawarkan dukungannya dengan kapasitas atau apapun yang mungkin dilakukan.

photo of 3 doves flying around the globe each taged with Love, Peace and Friendship

back to top

decoration line
HOPE is the DOOR of STRUGGLE that eventually bring SUCCESS (Akram)
decoration line

Valid XHTML 1.0 Transitional Valid CSS!